7 Pemuda dari Sulawesi Mendirikan Kelas untuk Membantu Pemain Gate of Olympus Raih Kemenangan Maksimal
Di tengah berkembangnya dunia hiburan digital di Indonesia, muncul fenomena unik dari sekelompok anak muda asal Sulawesi yang menamakan diri mereka “Tim Olympus Maxwin.” Tujuh pemuda berusia antara 19 hingga 27 tahun ini memanfaatkan pengalaman dan ketertarikan mereka terhadap permainan Gate of Olympus untuk menciptakan sesuatu yang berbeda — sebuah kelas komunitas online yang membantu para penikmat game tersebut memahami strategi dan mengelola permainan dengan lebih bijak.
Awal Mula Berdirinya Kelas
Semua berawal dari sebuah warung kopi di Makassar pada awal tahun 2025. Di sana, tujuh sahabat yang kerap nongkrong bersama—Rizal, Dimas, Andi, Fadly, Rino, Fajar, dan Ilham—menyadari bahwa banyak pemain Gate of Olympus sering bermain tanpa memahami pola atau strategi yang baik. “Kami sering lihat teman-teman kecewa karena kalah terus, padahal mereka cuma asal main,” ujar Rizal, sang penggagas ide.
Dari obrolan santai itu, mereka kemudian sepakat untuk membentuk sebuah ruang belajar berbasis komunitas yang fokus pada edukasi permainan digital, termasuk Gate of Olympus. Tujuannya sederhana: membantu para pemain agar lebih memahami permainan, bukan sekadar bergantung pada keberuntungan.
Dari Grup Kecil Menjadi Komunitas Serius
Awalnya, kelas mereka hanya berupa grup kecil di media sosial yang berisi sekitar 20 orang teman. Namun, antusiasme meningkat tajam ketika mereka mulai membagikan video edukasi, analisis pola permainan, dan cara mengatur waktu serta modal dengan disiplin.
“Kami nggak ngajarin orang buat ngejar uang semata, tapi gimana caranya mereka main dengan santai dan paham mekanisme permainan,” jelas Dimas, yang bertugas membuat konten video pembelajaran.
Kini, komunitas mereka telah berkembang menjadi lebih dari 3.000 anggota aktif yang tersebar di seluruh Indonesia, dari Manado hingga Makassar, bahkan ada yang bergabung dari Kalimantan dan Jawa.
Metode Belajar yang Unik
Salah satu hal yang membuat kelas mereka menarik adalah gaya pengajaran yang ringan dan menyenangkan. Mereka menyebutnya “Ngopi Bareng Zeus”, sesi santai di mana para anggota belajar mengenali simbol-simbol dan multiplier di game sambil berbagi pengalaman.
Selain itu, mereka juga mengadakan sesi “Simulasi Maxwin” — bukan untuk bermain sungguhan, tetapi untuk memahami kapan waktu terbaik memulai permainan, membaca pola putaran, dan kapan harus berhenti. Menurut Andi, yang berlatar belakang mahasiswa IT, pendekatan berbasis simulasi membantu banyak pemain lebih disiplin. “Kami ingin orang belajar berpikir, bukan hanya menekan tombol spin,” ujarnya.
Membangun Semangat Komunitas
Bagi ketujuh pemuda ini, inti dari kelas bukanlah sekadar mengejar kemenangan, tetapi membangun komunitas yang saling mendukung. Fajar, salah satu anggota yang kini menjadi moderator grup, menuturkan bahwa banyak pemain merasa kesepian atau frustrasi karena tidak punya teman berbagi.
“Kami ingin mereka tahu, kalah atau menang itu bagian dari proses. Yang penting jangan sendiri. Di sini, kami saling semangatin,” katanya. Dalam beberapa kesempatan, komunitas mereka juga mengadakan kopi darat (kopdar) di beberapa kota besar seperti Makassar, Palu, dan Kendari.
Kemenangan Pertama dan Kepercayaan Diri
Dari hasil pembelajaran dan kedisiplinan yang diterapkan di komunitas ini, banyak anggota mulai merasakan hasil positif. Salah satunya adalah seorang anggota bernama Joko, yang berhasil meraih kemenangan besar setelah mengikuti kelas mereka selama dua minggu.
“Saya dulu asal main, tapi setelah ikut kelas ini, saya mulai ngerti cara baca simbol dan atur waktu main. Akhirnya dapet kemenangan lumayan,” ujar Joko dalam salah satu testimoni online. Cerita-cerita seperti inilah yang membuat nama komunitas ini semakin dikenal luas di dunia maya.
Tantangan dan Kritik
Meski berkembang pesat, kelompok ini juga tak luput dari kritik. Beberapa orang menilai bahwa kegiatan mereka bisa disalahartikan sebagai ajakan untuk bermain berlebihan. Namun Rizal dan timnya menegaskan bahwa tujuan utama mereka adalah edukasi dan pengendalian diri.
“Kami selalu bilang di awal kelas: ini bukan soal uang cepat, tapi soal memahami sistem dan disiplin,” jelas Rizal. Mereka bahkan bekerja sama dengan beberapa konselor digital untuk memberikan sesi tentang kontrol emosi dan manajemen waktu agar para pemain tetap sehat secara mental.
Transformasi Menuju Edukasi Digital
Melihat pertumbuhan pesat dan dampak positif yang muncul, ketujuh pemuda ini mulai merancang program jangka panjang. Mereka berencana mendaftarkan komunitas mereka sebagai Lembaga Edukasi Digital Lokal, agar bisa memperluas bidang pembelajaran, tidak hanya tentang game, tetapi juga literasi keuangan dan teknologi.
“Kami ingin menunjukkan bahwa generasi muda Sulawesi bisa berkontribusi lewat hal positif. Bukan sekadar bermain, tapi juga berbagi ilmu,” ungkap Fadly, yang kini menjadi koordinator program pelatihan.
Dampak Sosial dan Budaya
Menariknya, keberadaan komunitas ini juga membawa dampak sosial di lingkungannya. Banyak anak muda yang sebelumnya hanya nongkrong di warung kopi kini tertarik belajar tentang digital, konten kreatif, bahkan membuat video edukatif sendiri. “Mereka jadi lebih produktif, bisa bikin konten, bisa ngedit video. Itu dampak yang kami syukuri,” ujar Ilham, bagian dokumentasi komunitas.
Selain itu, kelas ini juga menjadi wadah untuk mempererat hubungan antar-pemuda Sulawesi. Mereka mengangkat semangat gotong royong dan solidaritas, yang menjadi nilai budaya daerah. “Kami percaya, kalau kita bisa bantu orang lain sukses, rezeki kita juga ikut lancar,” tambah Rino.
Visi ke Depan
Ke depan, Tim Olympus Maxwin berencana mengadakan “Festival Edukasi Game & Budaya Digital Sulawesi” yang menggabungkan hiburan, diskusi, dan pelatihan teknologi. Acara ini diharapkan menjadi momentum untuk memperkenalkan pendekatan edukatif terhadap dunia digital kepada masyarakat luas.
“Kami ingin ubah stigma bahwa main game itu buang waktu. Kalau diarahkan dengan benar, bisa jadi media belajar dan peluang baru,” ujar Rizal menutup wawancara.
Kesimpulan
Kisah tujuh pemuda asal Sulawesi ini adalah contoh nyata bagaimana kreativitas, kebersamaan, dan semangat belajar bisa melahirkan sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang. Dari obrolan santai di warung kopi, mereka berhasil membangun komunitas yang menginspirasi ribuan pemain di seluruh Indonesia.
Melalui pendekatan edukatif dan positif, mereka mengubah dunia permainan digital menjadi ruang berbagi ilmu, motivasi, dan persahabatan. Kini, “kelas Gate of Olympus” buatan mereka bukan hanya soal kemenangan maksimal di layar, tapi juga kemenangan dalam membangun karakter, kedisiplinan, dan kebersamaan di dunia nyata.